Cari Tahu Apa Itu Tantrum Pada Anak ?

Newsartstory.com - Cari Tahu Apa Itu Tantrum Pada Anak ? Pernahkah merasakan buah hati yang tantrum ? Tantrum adalah perilaku emosional yang kuat dan tidak terkendali yang umumnya terjadi pada anak-anak kecil. Biasanya, tantrum terjadi ketika anak merasa frustrasi, marah, atau tidak dapat mengungkapkan keinginannya.

Baca juga: Apakah Bayi Bisa Alergi ASI ? Simak Ulasannya Seputar ASI

Tantrum sering melibatkan menangis, berteriak, mengguling-gulingkan tubuh, menendang, atau merusak benda di sekitarnya. Tantrum dapat berlangsung selama beberapa menit hingga lebih dari satu jam, tergantung pada tingkat ketidakpuasan atau ketidakmampuan anak untuk mengatasi emosinya.

Tantrum umumnya terjadi pada anak usia toddler (sekitar 1 hingga 3 tahun) yang sedang belajar mengelola emosi mereka dan bereksplorasi dalam memahami dunia di sekitar mereka. Anak-anak pada usia ini sering merasa frustrasi karena kesulitan berkomunikasi atau memahami aturan dan batasan yang diberlakukan oleh orang tua atau pengasuh.

Baca juga: Rosacea: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Tantrum bukanlah perilaku yang diinginkan, tetapi merupakan bagian normal dari perkembangan anak. Anak-anak perlu belajar cara mengelola emosi dan mengekspresikan keinginan mereka secara lebih efektif seiring berjalannya waktu. Orang tua dan pengasuh memiliki peran penting dalam membantu anak-anak mengatasi tantrum dengan memberikan pengertian, mendengarkan mereka, dan mengajarkan strategi penyelesaian masalah yang lebih baik.

Kapan Tantrum Terjadi Pada Anak ?

Tantrum pada anak dapat terjadi pada berbagai tahap perkembangan, tetapi paling umum terjadi pada usia toddler (sekitar 1 hingga 3 tahun). Pada usia ini, anak-anak mulai mengembangkan kemandirian mereka, tetapi mereka juga masih terbatas dalam kemampuan verbal dan keterampilan sosial.


Mereka belum sepenuhnya dapat mengungkapkan keinginan dan emosi mereka dengan kata-kata, sehingga tantrum seringkali menjadi cara mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau frustrasi.

Selain itu, tantrum juga dapat terjadi pada anak-anak di usia prasekolah (sekitar 3 hingga 5 tahun) dan awal sekolah (usia 5 hingga 7 tahun). Meskipun anak-anak pada usia ini memiliki kemampuan verbal yang lebih baik, mereka masih belajar mengelola emosi mereka dengan tepat. Mereka mungkin mengalami tantrum jika mereka merasa tidak dihargai, kecewa, atau tidak dapat mengendalikan situasi dengan cara yang mereka inginkan.

Baca juga: Pectus Excavatum: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Penting untuk diingat bahwa setiap anak berkembang dengan ritme yang berbeda, jadi waktunya dapat sedikit bervariasi. Beberapa anak mungkin lebih cenderung mengalami tantrum daripada yang lain, tergantung pada temperamen dan faktor-faktor lainnya. Yang penting adalah mengajarkan anak bagaimana mengelola emosi mereka secara sehat dan membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Langkah-Langkah atasi tantrum pada anak

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda mengatasi tantrum pada anak:

1. Tetap tenang: Usahakan untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat menghadapi tantrum anak. Jika Anda menjadi marah atau terfrustrasi, itu bisa memperburuk situasi. Cobalah untuk tetap tenang dan menenangkan diri terlebih dahulu.

Baca juga: Apa Itu Sindrom Waardenburg ? Penyebab Sindrom Waardenburg

2. Berikan perhatian dan empati: Berikan perhatian penuh pada anak Anda selama tantrum. Dengarkan dengan sabar apa yang mereka coba sampaikan, meskipun mereka mungkin tidak dapat mengungkapkan secara verbal. Tunjukkan empati dan pengertian pada perasaan mereka.

3. Validasi perasaan: Katakan kepada anak bahwa Anda memahami bahwa mereka sedang marah atau frustrasi. Beri tahu mereka bahwa perasaan tersebut wajar, tetapi tingkat perilaku yang mereka tunjukkan tidak dapat diterima. Validasi perasaan dapat membantu anak merasa didengar dan dipahami.

4. Tetap konsisten: Tetaplah konsisten dalam penerapan aturan dan batasan yang telah ditetapkan. Anak perlu memiliki struktur dan pemahaman yang jelas tentang apa yang dapat mereka harapkan. Dengan konsistensi, anak akan belajar bahwa tantrum tidak akan mengubah hasil yang diinginkan.

Baca juga: Waspada Gejala Panas Menyerang

5. Hindari perdebatan atau penjelasan panjang lebar: Selama tantrum, hindari terjebak dalam perdebatan atau penjelasan yang panjang lebar. Anak pada saat itu mungkin tidak mampu memproses informasi dengan baik. Tunggu hingga anak tenang sebelum menjelaskan atau membicarakan masalah dengan mereka.

6. Berikan pilihan yang terbatas: Berikan anak pilihan yang terbatas untuk memberi mereka rasa kontrol. Misalnya, Anda bisa mengatakan, "Apakah kamu ingin memakai sepatu merah atau sepatu biru?" dengan asumsi mereka harus memakai sepatu.

7. Aplikasikan strategi mereda emosi: Ajari anak strategi untuk meredakan emosi mereka, seperti bernapas dalam-dalam, menghitung hingga 10, atau memeluk boneka kesayangan mereka. Latihlah mereka untuk mengenali tanda-tanda kemarahan atau frustrasi dan memberi mereka alat untuk mengatasi emosi tersebut.

Baca juga: Mengenal Serangan Panik (Panic Attack) Pada Manusia

8. Hindari hukuman fisik: Hindari menggunakan hukuman fisik atau mengancam anak selama tantrum. Ini tidak efektif dan dapat berdampak negatif pada anak, serta memperburuk situasi.

9. Berikan penghargaian terhadap perilaku positif: Berikan pujian dan penghargaan ketika anak berhasil mengatasi emosi atau mengekspresikan diri mereka secara lebih baik. Ini akan memberi mereka dorongan dan motivasi untuk melanjutkan perkembangan positif.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Stiff-Person Syndrome ?

10. Cari bantuan jika diperlukan: Jika tantrum anak terjadi secara terus-menerus atau menjadi semakin parah, dan strategi di atas tidak efektif, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor anak. Mereka dapat memberikan saran dan dukungan yang lebih khusus sesuai dengan situasi anak Anda.

Tantrum sendiri gejala pada anak yang dapat terjadi usianya. Tetapi semuanya tergantung dari orang tua masing-masing dengan melakukan parenting pada buah hati. Karena setiap orang tua memiliki caranya beda-beda dalam mendidik anak dari balita hingga anak-anak. 

Dapatkan informasi berita pilihan dari Newsartstory.com di platform Google News secara gratis